May 27, 2009

Positioning dan Pembentukan Citra Partai Politik melalui Koalisi

Saat ini Indonesia sedang disibukkan dengan pembahasan beberapa koalisi partai politik (parpol) menjelang pemilihan presiden. Pertama-tama ada koalisi kebangsaan, lalu Golkar-Hanura, kemudian Partai Demokrat-PKS-PPP-PAN-PKB. Terakhir adalah koalisi PDI Perjuangan-Gerindra melalui deklarasi Megawati-Prabowo sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Ada yang berpendapat bahwa koalisi sekarang sebatas pencarian kekuasaan. Ada juga yang mengatakan ini sebagai langkah strategis untuk pembangunan bangsa lima tahun ke depan. Dalam tulisan ini koalisi merupakan langkah strategis dalam menentukan positioning dan pembentukan citra sebuah parpol.

Positioning menjadi penting di tengah sistem ultra parpol di Indonesia seperti sekarang. Tanpa positioning yang unik maka sebuah parpol akan sulit membedakan dirinya dari yang lain. Positioning berguna tidak hanya pada masa pemilu tapi juga saat pemerintahan berjalan. Bila saat pemilu fungsinya adalah menarik perhatian pemilih maka pada saat pemerintahan berjalan positioning dapat berguna untuk menjalin hubungan dengan masyarakat. Selama masa menjalin hubungan inilah dapat dilakukan pembentukan atau penguatan citra parpol yang bertujuan untuk menguatkan hubungan antara parpol dengan masyarakat.

May 04, 2009

Paradoks Sosial Masyarakat Indonesia dan Kualitas Institusi Negara

Semasa kuliah mempelajari sejarah Amerika Serikat (AS), seringkali disebutkan oleh bahwa AS adalah bangsa yang paradoks. Seakan selalu memiliki pemikiran ganda karena filosofi hidup pragmatis mereka. Hal ini muncul di pikiran penulis saat tanggal 1 Mei kemarin melihat demonstrasi buruh di Jakarta. Saat para kaum pekerja meneriakkan dambaan hati mereka untuk hidup yang lebih baik, mereka melewati sebuah toko merk tas dunia yang harganya bisa mencapai puluhan juta. Sungguh pemandangan yang kontras melihat ikon merk tersebut, lambang aksesoris kalangan berada, terpajang dengan megah sedangkan para demonstran yang melewatinya berkeringatan memerjuangkan kesejahteraan mereka. Sebuah keadaan kontras juga bila kita mengingat saat banyak kalangan miskin mengantri untuk mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) tapi banyak juga yang mengantri untuk membeli sepatu merk internasional serta berlian di salah satu toko perhiasan.

Keadaan-keadaan tersebut memperlihatkan bahwa Indonesia adalah sebuah masyarakat paradoks sosial. Dari orang yang mampu membeli mobil Rp 1 Milyar sampai orang yang tidur di terminal dapat ditemukan di Indonesia. Kegiatan konsumsi dikabarkan meningkat tapi buruh terus dibayangi ketakutan atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masal. Jumlah pasien yang menghuni ruangan VIP Rumah Sakit (RS) meningkat tapi banyak juga orang yang tidak mampu membeli obat flu paling murah. Jumlah wisatawan dalam negeri meningkat tapi masih ada yang kesulitan membiayai transportasi sehari-hari mereka. Pelajar Indonesia juga mencetak prestasi dengan memenangkan lomba-lomba pendidikan di luar negeri tapi di dalam negeri belum terlihat dampak positif dari kebijakan bebas biaya sekolah.