October 20, 2011

Konsultan Politik & Konsultan Kampanye

Di film horor “Bayi Ajaib” tahun 1982, ada satu adegan sang antagonis menyusun kembali makam keramat leluhurnya dengan harapan dibantu menjadi lurah. Satu demi satu batu makam dia tegakkan sambil berkata “jadi lurah…jadi lurah”. Sekarang pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) bertebaran di Indonesia sebagai efek diperluasnya otonomi daerah. Buat yang masih gaib mungkin masih seperti di film “Bayi Ajaib”, mencari bantuan leluhur untuk memenangkan Pemilukada. Tapi saat ini lebih banyak calon yang mencari bantuan konsultan politik guna memenangkan kursi di daerah. Layaknya pepatah “ada gula, ada semut”, semakin banyak calon maka makin banyak pula konsultan politik yang muncul.

Namun acapkali yang menyebut dirinya konsultan politik sebenarnya lebih tepat disebut konsultan kampanye. Jasa-jasa yang umumnya mereka sediakan adalah pelaksanaan survei, penyusunan strategi dan taktik kampanye, pembuatan materi komunikasi (pidato, pernyataan media, dll), design materi kreatif (iklan televisi, spanduk, billboard, poster, dll), penempatan iklan di media massa, penggalangan dukungan LSM atau ormas, dan event organizer. Berdasar pada jasa-jasa inilah para konsultan itu menjanjikan kemenangan atau kampanye yang menarik kepada para calon kepala daerah.

August 31, 2011

Nasionalisme Milenial Indonesia

Beberapa waktu yang lalu CNN menayangkan sebuah segmen tentang bagaimana baiknya perusahaan sekarang berhadapan dengan Generasi Milenial. Segmen ini dianggap penting karena makin banyak perusahaan yang mengeluh tentang perilaku unik Generasi Milenial yang menurut mereka merepotkan. Begitu juga beberapa teman saya sudah mengeluhkan tentang etika bekerja generasi Milenial yang sangat berbeda. Perhatian yang begitu besar di dunia swasta tentang transisi generasi ini menimbulkan pertanyaan bagaimana karakter unik Generasi Milenial akan mempengaruhi sikap nasionalisme di masa sekarang dan ke depan? Terutama di Indonesia.

Definisi teoritis Generasi Milenial adalah mereka yang lahir di antara tahun 1980-2001. Indonesia sendiri sudah berumur senja tapi memiliki wajah yang muda. Menurut data BPS Juli 2011 jumlah penduduk yang masuk kategori Generasi Milenial mencapai lebih kurang 104 juta orang atau 43 persen. Bahkan bila kita ingin kembangkan, saat ini 70 persen penduduk Indonesia berumur di bawah 40 tahun. Wajah mayoritas penduduk Indonesia yang begitu muda menunjukkan ada transisi generasi dan dengan itu ada perubahan perilaku di berbagai bidang, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

April 29, 2011

Indonesia Butuh Pancasila

Politik Indonesia akhir-akhir ini penuh ciri-ciri ideologi liberalisme. Dua contoh utama adalah politik transaksional yang menjadi praktik umum dan hukum pasar menjadi solusi utama untuk ekonomi. Bila ini berlanjut maka keadilan sosial tidak akan tercapai di negara ini dan rakyat hanya akan melihat negara sebagai pelayan penguasa/pemodal dan bukan pelayan masyarakat. Obat untuk penyakit ini sebenarnya sudah ada, yaitu ideologi Pancasila, tinggal apakah kita mau menggunakannya atau tidak.

Dalam tataran teori yang dimaksud dengan ideologi adalah sebuah cita-cita yang terstruktur dan digerakkan oleh pengetahuan. Dalam tataran praktik, ideologi berperan sebagai penuntun dan tolok ukur dalam penyelenggaraan negara (kebijakan publik, implementasi kebijakan, manfaat kebijakan, dll) serta sebagai bingkai tatanan kehidupan masyarakat. Selain itu ideologi juga mempunyai tiga fungsi utama. Pertama sebagai pemersatu masyarakat. Kedua sebagai dasar bagi masyarakat untuk berperilaku. Ketiga sebagai penggerak masyarakat.

March 05, 2011

Teruskan atau Berubah

Teori pemasaran politik telah memaparkan begitu banyak strategi dan taktik untuk pemenangan pemilu dan komunikasi politik. Namun bagi kebanyakan praktisi hanya ada dua strategi besar dalam pemasaran politik untuk masa pemilihan umum (pemilu). Pertama adalah meneruskan apa yang ada sekarang. Kedua adalah merubah keadaan menjadi lebih baik.

Strategi pertama bertujuan untuk mempertahankan incumbent, atau yang sedang memegang posisi, sedangkan strategi kedua bertujuan untuk menggantikan incumbent. Berkaitan dengan tujuannya masing-masing maka otomatis yang satu mengedepankan keberhasilan incumbent sedangkan yang lain mengedepankan kegagalan incumbent. Inilah yang kebanyakan dilihat dan diterapkan praktisi pemasaran politik pada masa pemilu.