Showing posts with label indonesia. Show all posts
Showing posts with label indonesia. Show all posts

February 09, 2017

Indonesia Is Outpacing the World in Trust

Amid hoax scare and political noise which have been occupying Indonesians’ recent everyday life, an optimistic and scientific view arise showing that Indonesia is outpacing the world in trust. This data comes from Edelman 2017 Trust Barometer survey which sees the Index being announced for the 17th year, since it started in 2001. While the main finding of the survey show that there is a global decline, and perhaps even crisis of trust in 28 countries they surveyed, the data shows Indonesia becoming the anomaly as it sees high improvement of trust toward Government, media, business, and NGOs.

In the word of Edelman Indonesia CEO himself, Raymond Siva, Indonesia 2017 Trust Barometer result is an “enigma”. As while Global Trust Index declined by three percent, Indonesia saw a seven percent increase in average trust compared to 2016. Looking that number by the sector, there is 13 percent increase of trust towards the Government, which is the highest performance in the Index, putting Indonesia at the fourth place with the score of 71. Trust in media sees a four percent increase, again the highest performance in the Index, putting Indonesia at number one with the score of 67. Trust in NGOs sees a seven percent increase, only tied by India, putting Indonesia at number three with the score of 64. Lastly, trust in business sees a five percent increase, again only equalled by India, putting Indonesia at number one with the score of 76.

January 20, 2017

The Age of Browsing Dangerously In Indonesia

Certainly, the hoax or fake news phenomena in social media is not exclusive nor new in Indonesia. But when it comes to nationwide impact of those hoaxes, they are. This piece argues that recent hoax with nationwide impact have brought Indonesia to an age of browsing dangerously.

The fresh memory of smear campaign utilizing hoax flying around social media in Indonesia during the 2014 presidential election would be prime example. Since those smear campaign often provokes horizontal conflicts such as race division and intolerance. Topics that go against Indonesia’s proud value of unity in diversity (Bhinneka Tunggal Ika).

State of Hoax Emergency
After the 2014 election is over, one expected the smear campaign through hoaxes to stop. Unfortunately, that is not the case in Indonesia. Even more unfortunate is those hoaxes have evolve being more creative and compelling in their presentation and narrative.

But make no mistake, they are still hoax, meaning they are false and often preposterous. We learn from the Indonesia Ministry of Communication and Informatics data, there are at least 800.000 Indonesian websites participating in disseminating hoax. It should be noted that not all those websites have ill intention. 

October 27, 2013

Pemuda-Pemudi, Di Tanganmu Indonesia Hebat

“Wahai Putra Putri Bangsa, bersatulah! Di tanganmu Indonesia hebat!” kalimat yang penulis dengar dari radio dan lihat di televisi dalam iklan #INDONESIAHEBAT, ditayangkan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2013 oleh BP Pemilu PDI Perjuangan. Iklan ini menarik perhatian penulis dalam tiga perspektif, yaitu sebagai kader PDI Perjuangan, sebagai pemerhati komunikasi, dan sebagai pemuda Indonesia.

Perspektif pertama adalah sebagai kader PDI Perjuangan. Mendengar Ketua Harian BP Pemilu PDI Perjuangan Puan Maharani mengucapkan kalimat “Wahai Putra Putri Bangsa, bersatulah, di tanganmu Indonesia hebat!” dengan lantang dan tegas, hati penulis tergerak. Bukan hanya karena penulis juga sebagai Tenaga Ahli beliau di DPR, namun karena di dalam satu kalimat itu terkandung semangat sejarah pemikiran Indonesia, kekhawatiran masa kini di benak orang Indonesia, dan harapan atas masa depan yang terpendam di hati banyak rakyat.

June 23, 2013

Lain Brasil, Lain Indonesia

Demonstrasi di Brasil tengah berlangsung marak di tengah berlangsungnya Piala Konfederasi 2013 dan persiapan Piala Dunia Brasil 2014. Uniknya Presiden Brasil Dilma Rousseff mengatakan apa yang sedang terjadi di negaranya sebagai demonstrasi dari kelas menengah yang menuntut taraf kehidupan yang lebih tinggi. Rakyat Brasil menyatakan sudah muak dengan korupsi, tingginya biaya transportasi umum, dan buruknya layanan kesehatan.

Demonstrasi kelas menengah Brasil tersebut menarik karena seakan mematahkan pendapat bahwa kelas menengah dan mapan ekonomi cenderung memilih kestabilan dibanding gunjang ganjing yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi mereka. Walaupun ada juga pendapat di International Herald Tribune edisi 22-23 Juni 2013 yang mengatakan bahwa rakyat Brasil turun ke jalan menuntut perubahan karena ada stagnasi atas taraf hidup mereka selama ini yang terkenal dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat.

November 02, 2012

Bukan Indonesia KTP


Di atas kertas konflik Lampung Selatan menjadi satu tambahan angka bagi 89 konflik sosial yang telah terjadi di Indonesia dari Januari hingga Agustus 2012 (data Kemdagri). Namun di atas semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) konflik Lampung Selatan adalah satu noda hitam lagi setelah adanya 89 noda hitam konflik sosial yang tersebar di Nusantara sepanjang tahun. Noda hitam peristiwa Lampung Selatan pun semakin membesar dengan kegagalan upaya mendamaikan desa-desa yang bertikai (Kompas, 1 November 2012). Inilah kenyataan sosial Indonesia yang mengkhawatirkan dan segera membutuhkan solusi.

Solusi yang kita butuhkan sebenarnya tidak perlu dicari lagi. Sebab sudah ada tertanam sebagai wujud kearifan nasional kebangsaan Indonesia yaitu konsep Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Bhinneka Tunggal Ika telah ditempatkan sebagai satu dari empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita harapkan menjadi pilar kokoh menopang keberlangsungan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara. Berbagai konflik sosial yang terjadi, termasuk gagalnya upaya pendamaian di Lampung Selatan, menunjukkan kepada kita bahwa walaupun Bhinneka Tunggal Ika sudah ditanamkan dalam benak rakyat Indonesia tapi dia belum bertumbuh secara penuh. Dia belum bertumbuh menjadi pohon rindang yang mampu memberikan kenyamanan dan lindungan dari teriknya sinar perpecahan serta egoisme kelompok.

October 21, 2012

Indonesia Memanggil Gen X & Y


Tahun ini kita merayakan peringatan 84 tahun peristiwa monumental dalam sejarah Indonesia, yaitu Sumpah Pemuda. Tetapi dalam 84 tahun Sumpah Pemuda, masihkah kita, terutama pemuda, memaknai intisari dari pertiwa bersejarah tersebut? Atau sudahkah kita terjebak dalam seremonial hari raya belaka saat bicara Sumpah Pemuda?

Data Kementerian Dalam Negeri yang mencatat bahwa dalam tahun ini sudah terjadi 89 kasus konflik sosial menunjukkan bahwa seruan para pemuda Indonesia untuk kesatuan di tahun 1928 masih harus dikumandangkan. Pada tahun 1928, pemuda Indonesia dengan beragam latar belakang suku berikrar  berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Semangat jaman kala itu mendorong mereka bersatu, dan juga mengajak segenap bangsa untuk bersatu, guna memperoleh kemerdekaan.

April 15, 2012

Ketika Kursi Menjadi Tahta


Undang-Undang Pemilihan Umum (UU Pemilu) telah disahkan di Sidang Paripurna DPR-RI 12 April 2012. Ini adalah UU yang dinantikan banyak partai politik (parpol) dan orang yang ingin menjadi calon legislatif (caleg) karena menandakan bahwa proses pemilu 2014 telah dimulai. Akan ada 560 kursi DPR-RI yang diperebutkan, belum termasuk kursi di DPRD tingkat I (provinsi) dan tingkat II (kabupaten/kota). Tapi melihat UU Pemilu, termasuk proses pembahasannya di DPR-RI, tampak bahwa kursi yang nantinya menjadi wujud perwakilan dan harapan suara rakyat diperlakukan sebagai tahta oleh beberapa pihak.

Maksud dari memperlakukan kursi perwakilan sebagai tahta adalah ketika dalam pembentukan sistem pemilu, dasar pemikirannya adalah keberlangsungan kekuasaan politik pihak tertentu dan bukannya kesehatan demokrasi Indonesia. Memang kekuasaan politik diperlukan untuk membuat perubahan tapi sangat tipis bedanya dengan keinginan egois kelompok politik. Cara membedakan keduanya bisa dilihat dari landasan pemikiran dan juga perilaku kelompok politik tersebut.

August 31, 2011

Nasionalisme Milenial Indonesia

Beberapa waktu yang lalu CNN menayangkan sebuah segmen tentang bagaimana baiknya perusahaan sekarang berhadapan dengan Generasi Milenial. Segmen ini dianggap penting karena makin banyak perusahaan yang mengeluh tentang perilaku unik Generasi Milenial yang menurut mereka merepotkan. Begitu juga beberapa teman saya sudah mengeluhkan tentang etika bekerja generasi Milenial yang sangat berbeda. Perhatian yang begitu besar di dunia swasta tentang transisi generasi ini menimbulkan pertanyaan bagaimana karakter unik Generasi Milenial akan mempengaruhi sikap nasionalisme di masa sekarang dan ke depan? Terutama di Indonesia.

Definisi teoritis Generasi Milenial adalah mereka yang lahir di antara tahun 1980-2001. Indonesia sendiri sudah berumur senja tapi memiliki wajah yang muda. Menurut data BPS Juli 2011 jumlah penduduk yang masuk kategori Generasi Milenial mencapai lebih kurang 104 juta orang atau 43 persen. Bahkan bila kita ingin kembangkan, saat ini 70 persen penduduk Indonesia berumur di bawah 40 tahun. Wajah mayoritas penduduk Indonesia yang begitu muda menunjukkan ada transisi generasi dan dengan itu ada perubahan perilaku di berbagai bidang, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.