July 10, 2014

Rindu Rasa Tanpa SARA

Selama 69 tahun kemerdekaan Indonesia, satu wacana seakan tak pernah sirna dalam kehidupan bangsa kita yaitu tentang SARA (suku, agama, ras, antar golongan). Sejak masa sidang BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan), perdebatan Indonesia merdeka itu negara siapa telah ada. Apakah untuk kelompok ras tertentu? Apakah untuk kelompok agama tertentu? Apakah untuk kelompok suku tertentu? Kita berpikir dengan ditetapkan Pancasila dan UUD 1945 perdebatan itu telah selesai. Bahwa Indonesia yang merdeka adalah negara untuk semua. Sayangnya di masa modern sekarang, perdebatan itu tampak belum benar-benar tuntas.

Terutama di masa kampanye Pemilihan Presiden-Wakil Presiden (Pilpres) 2014. Begitu derasnya tsunami isu SARA merajalela baik di kehidupan nyata maupun kehidupan maya. Tidak hanya di kalangan yang katanya berpendidikan tingkat bawah, namun juga di kalangan yang sudah lulus tingkat atas. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika diterpa dan diuji ketahanannya di Pilpres 2014. Sejarah seakan mengulang diri ketika di masa Orde Baru isu SARA menjadi komoditas politik. Komoditas yang puncaknya meletus dalam kerusuhan Jakarta tahun 1998. Kala banyak orang langsung menaruh tanda di gerbang rumahnya bahwa mereka menganut agama dan suku tertentu. Semua dilakukan untuk menyelamatkan diri dari serangan fisik massa tertentu.

Ternyata SARA masih menjadi komoditas politik yang dimanfaatkan dalam kondisi yang katanya jumlah kelas menengah Indonesia mencapai 130 juta orang (sekitar 54 persen dari total penduduk Indonesia), ekonomi terbesar Asia Tenggara yang akan segera menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, negara dengan jumlah pengguna jejaring sosial yang besar dalam skala global.

Sedih melihat masih ada yang memainkan isu SARA untuk kepentingan politik semata. Sama sedihnya masih ada yang percaya atas permainan isu SARA di Indonesia. Apa masih kurang banyak darah yang tumpah di negeri ini karena permainan isu SARA? Apa masih kurang banyak ketakutan dan kebencian di kehidupan sehari-hari bangsa ini karena penghembusan isu SARA?


Rindu rasa menjalani kehidupan di Indonesia tanpa dihantui provokasi dan agitasi SARA.

No comments:

Post a Comment