October 21, 2012

Indonesia Memanggil Gen X & Y


Tahun ini kita merayakan peringatan 84 tahun peristiwa monumental dalam sejarah Indonesia, yaitu Sumpah Pemuda. Tetapi dalam 84 tahun Sumpah Pemuda, masihkah kita, terutama pemuda, memaknai intisari dari pertiwa bersejarah tersebut? Atau sudahkah kita terjebak dalam seremonial hari raya belaka saat bicara Sumpah Pemuda?

Data Kementerian Dalam Negeri yang mencatat bahwa dalam tahun ini sudah terjadi 89 kasus konflik sosial menunjukkan bahwa seruan para pemuda Indonesia untuk kesatuan di tahun 1928 masih harus dikumandangkan. Pada tahun 1928, pemuda Indonesia dengan beragam latar belakang suku berikrar  berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Semangat jaman kala itu mendorong mereka bersatu, dan juga mengajak segenap bangsa untuk bersatu, guna memperoleh kemerdekaan.

Kemerdekaan dengan tujuan yang pada tahun 1945 diterjemahkan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Keadaan Indonesia 84 tahun setelah Sumpah Pemuda dan 67 tahun pernyataan kemerdekaan masih dapat diperdebatkan. Selain jumlah konflik sosial yang meningkat dari tahun 2011, di Human Development Index (HDI) kita berada di posisi 124 dari 187 negara. Beban sejarah kini jatuh di pundak pemuda-pemudi Indonesia untuk menentukan dan membawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik.

Pemuda Indonesia di tahun 2012 memiliki kekuatan dalam jumlah (strength by number) untuk membuat perubahan dengan sekitar 168 juta orang Indonesia berumur di bawah 40 tahun (data BPS). Ini berarti mayoritas penduduk Indonesia dari segi umur adalah Generation X dan Generation Y. Istilah Gen X digunakan untuk mendefinisikan orang-orang yang lahir antara tahun 1960-an sampai tahun awal dekade 1980-an. Sedangkan Gen Y mendefinisikan orang-orang yang lahir dari awal dekade 1980-an sampai awal dekade 2000-an. Tapi jumlah yang besar tidak akan ada artinya bila tidak ada pergerakan.

Pada tahun 1998 di Indonesia, Gen X telah menjadi salah satu motor penggerak perubahan dengan bergulirnya reformasi yang dimulai dari demonstrasi para mahasiswa. Sekarang Gen X Indonesia sudah berada di tahap kestabilan hidup pasca institusi pendidikan. Merekalah bonus demografi yang sering dibahas para ahli saat ini. Namun resiko menjadi tulang punggung kelompok usia produktif adalah Gen X bisa jadi sudah “melunak” dan lebih memilih kestabilan daripada perubahan. Sebab bagi mereka yang hidupnya stabil maka perubahan adalah sesuatu yang menakutkan karena ada ketidakpastian.

Sekarang juga ada Gen Y atau Generasi Milenial, yang jumlahnya di Indonesia sekitar 96 juta orang (data BPS). Inilah generasi yang akan menjadi masa depan Indonesia. Namun ada kekhawatiran sebab generasi ini dikenal sebagai generasi yang lebih memikirkan diri sendiri, keluarga dan kelompok kecil pertemanan dibanding kepentingan bangsa. Satu ciri ini yang sangat membedakan pemuda Indonesia di tahun 1928 dengan Gen Y. Para pencetus Sumpah Pemuda mengesampingkan semangat kelompok masing-masing untuk membentuk semangat satu kebangsaan besar. Ini dilakukan karena mereka pada waktu itu sama-sama melihat satu ancaman nyata di depan mata dalam bentuk penjajahan. Sedangkan sekarang Gen Y sepertinya masih mencari bentuk nasionalisme versi mereka sendiri di tengah rendahnya tingkat kepercayaan kepada proses politik dan hukum di negeri ini.

Sejarah dunia sudah mencatat bahwa pemuda adalah penggerak perubahan. Sekarang Indonesia memanggil Gen X dan Gen Y-nya untuk bergerak menyelamatkan bangsa ini. Menyelamatkan Indonesia yang dipuji kebangkitan kelas menengahnya walaupun sebenarnya sekitar 120 juta orang dari kelas menengah sangat rapuh kekuatan ekonominya. Setiap saat mereka dapat jatuh miskin dengan naiknya harga BBM dan pangan. Menyelamatkan Indonesia yang bangga disebut sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara tapi tidak mengejar agar bangga disebut sebagai produsen terbesar di Asia Tenggara. Menyelamatkan Indonesia yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika tapi dengan mudah terhasut isu suku, agama, ras dan antar kelompok yang mengarah kepada konflik sosial. Menyelamatkan Indonesia yang mendapat sanjungan dari masyarakat internasional karena dikatakan kuat secara ekonomi makro tapi mendapat kritik dari rakyatnya sendiri karena kasus korupsi. Menyelamatkan Indonesia yang di dalamnya pemilihan umum bukan menjadi pesta demokrasi rakyat tapi malah menjadi pesta demokrasi transaksional. Menyelamatkan Indonesia yang lebih mementingkan individualisme dan bukan gotong royong sebagai intisari dari Pancasila.

Gen X dan Gen Y Indonesia perlu melihat kembali perannya masing-masing dalam gerakan penyelamatan bangsa. Gen X yang lahir di antara awal dekade 1960-an hingga awal 1980-an sudah berada di posisi hidup yang bisa mengubah sebuah ide menjadi kenyataan. Sebab mereka berada di umur yang umumnya telah menempati posisi pengambil keputusan dalam berbagai bidang. Sedangkan Gen Y yang lahir di awal dekade 1980-an hingga awal 2000-an berada dalam fase hidup yang ideal guna menghasilkan ide atau pemikiran yang dapat menjawab tantangan jamannya. Sebab mereka berada di umur yang umumnya sedang menempuh pendidikan formal. Mereka yang akan menjalani masa depan bangsa ini dan karena itu mereka yang seharusnya memikirkan bagaimana wujud bangsa ini ke depannya.

Paduan peran kedua Gen X dan Gen Y Indonesia menjadi dynamic duo (pasangan dinamis) yang  akan mampu membawa Indonesia menjadi sebuah bangsa yang memenuhi cita-cita dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Beban sejarah dan beban masa depan bangsa ini ada di pundak Gen X dan Gen Y. Sekarang Indonesia memanggil mereka dan sudah saatnya mereka bertindak memenuhi panggilan bangsanya.

No comments:

Post a Comment