October 27, 2013

Pemuda-Pemudi, Di Tanganmu Indonesia Hebat

“Wahai Putra Putri Bangsa, bersatulah! Di tanganmu Indonesia hebat!” kalimat yang penulis dengar dari radio dan lihat di televisi dalam iklan #INDONESIAHEBAT, ditayangkan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2013 oleh BP Pemilu PDI Perjuangan. Iklan ini menarik perhatian penulis dalam tiga perspektif, yaitu sebagai kader PDI Perjuangan, sebagai pemerhati komunikasi, dan sebagai pemuda Indonesia.

Perspektif pertama adalah sebagai kader PDI Perjuangan. Mendengar Ketua Harian BP Pemilu PDI Perjuangan Puan Maharani mengucapkan kalimat “Wahai Putra Putri Bangsa, bersatulah, di tanganmu Indonesia hebat!” dengan lantang dan tegas, hati penulis tergerak. Bukan hanya karena penulis juga sebagai Tenaga Ahli beliau di DPR, namun karena di dalam satu kalimat itu terkandung semangat sejarah pemikiran Indonesia, kekhawatiran masa kini di benak orang Indonesia, dan harapan atas masa depan yang terpendam di hati banyak rakyat.

Pada tanggal 28 Oktober 1928, kalangan muda Indonesia mengabadikan nama mereka dalam catatan sejarah bangsa dengan meneriakkan persatuan kala bangsanya terpecah belah di bawah penjajahan. Mereka dengan bangga menamakan dirinya “putra-putri Indonesia” sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Sebuah pemikiran dengan kesan sederhana, tapi bila dilihat dan dirasakan dengan keadaan jaman tersebut, “Sumpah Pemuda” adalah pemikiran progresif dan jauh melampaui masanya.

Di masa sekarang, kekhawatiran atas persatuan masih begitu kuat mengemuka. Konflik sosial menurut data pemerintah telah meningkat dari 77 kasus di tahun 2011, menjadi 128 kasus di tahun 2012. Bentrokan antar penganut agama masih sering kita baca di media, bahkan mungkin bagi banyak orang masih dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Pilar Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita dengan penekanan pada persatuan seakan dapat rubuh begitu saja.

Ke depannya tentu kita tidak ingin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terpecah belah. Konflik sosial harus secara drastis berkurang jumlahnya, bila tidak bisa hilang seluruhnya. Harapan atau impian ini jatuh menjadi tanggung jawab di pundak pemuda-pemudi Indonesia masa kini. Terlebih saat ini data BPS menunjukkan ada sekitar 168 juta orang Indonesia berusia muda di bawah umur 40 tahun, atau sekitar 67 persen dari total 250 juta jumlah penduduk Indonesia. Di sinilah makna “di tanganmu Indonesia hebat!” menjadi sangat relevan, sebab memang nasib Indonesia akan menjadi hebat atau terjerembab ada di tangan 168 juta muda-mudi Indonesia.

Para pemegang masa depan Indonesia harus sadar bahwa potensi sumber daya alam Indonesia akan terus statis tertidur atau ‘diculik’ orang lain bila sumber daya manusianya tidak secara dinamis bergotong royong menjadikan Indonesia Hebat. Teringat sebuah kalimat dari perayaan Hari Sumpah pemuda tahun 2012 oleh Puan Maharani “Bila pemuda bangsa tahun 1928 menjawab tantangan penjajahan dengan persatuan, maka pemuda Indonesia masa kini bisa menjawab tantangan krisis multidimensi dengan tampil sebagai pionir-pionir penuh prestasi di bidang keahlian dan bidang kecakapannya masing-masing (http://bit.ly/UEQmBZ). Di sinilah salah satu kunci untuk menjadikan Indonesia Hebat, yaitu pada orang-orangnya terutama pada prestasi kalangan mudanya.

Perspektif kedua penulis adalah sebagai pemerhati komunikasi, terutama komunikasi politik. Bagi mereka yang sering melihat iklan partai politik atau tokoh politik, umumnya iklan di hari-hari besar nasional seperti Sumpah Pemuda hampir serupa antara satu dengan yang lain. Kata-kata seperti “mari kita rayakan…” atau “kami ucapkan selamat…” sangat sering digunakan. Sedangkan begitu mendengar dan melihat iklan #INDONESIAHEBAT, penulis langsung terhenyak karena ini secara menarik berbeda dengan iklan-iklan yang umum mengudara di hari-hari nasional seperti hari Sumpah Pemuda. Tentu sesuatu yang secara menarik berbeda akan mengundang perhatian banyak orang karena menyentuh sebuah paham di alam bawah sadar mereka. Contoh bila kita sudah terbiasa, bahkan menerima, bahwa transportasi umum murah itu pasti tidak nyaman, maka saat ada yang menyatakan bahwa ada transportasi umum murah tapi nyaman sudah hampir pasti kita jadinya memerhatikan pernyataan tersebut. Seperti itulah iklan #INDONESIAHEBAT di mata penulis sebagai pemerhati komunikasi.

Iklan BP Pemilu seakan menjadi angin segar yang menunjukkan bahwa di saat banyak orang berpikir komunikasi politik Indonesia itu membosankan, ternyata masih ada pelaku komunikasi politik kita yang bisa dan mau menggunakan cara-cara kreatif dalam menyampaikan pesannya. Selain itu sebagai orang yang mendalami ilmu komunikasi politik, iklan #INDONESIAHEBAT tersebut bisa menjadi bibit terobosan baru dalam strategi komunikasi politik. Sebab dalam teori komunikasi politik umumnya hanya dikenal dua kelompok strategi utama dengan fokusnya pada perbandingan, yaitu “teruskan” atau “berubah”. Namun #INDONESIAHEBAT menunjukkan bahwa ada kelompok strategi ketiga yang melepaskan diri dari tradisi lama strategi pertentangan komunikasi politik, dengan mengedepankan kepentingan bersama sebagai sebuah bangsa.

Perspektif ketiga penulis adalah sebagai pemuda Indonesia. Di masa sekarang, tingkat apatisme dan individualisme pemuda-pemudi Indonesia makin mengkhawatirkan. Terlebih lagi berbagai studi atas generasi Milenial menunjukkan mereka makin dikenal secara global sebagai generasi yang lebih memikirkan diri sendiri, keluarga, dan kelompok kecil pertemanan dibanding kepentingan bangsa. Seperti tulisan penulis sebelumnya, generasi Milenial baik di dunia maupun di Indonesia tampaknya masih mencari bentuk nasionalisme-nya sendiri (http://bit.ly/XIzokR). Dalam keadaan sekarang-lah seruan untuk bersatu menjadikan Indonesia Hebat menjadi sangat penting karena ini menjadi salah satu pilihan bentuk nasionalisme kalangan muda Indonesia yang sekaligus menangkap semangat masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa Indonesia.

Lihat saja betapa bangganya kita semua kala tim nasional sepakbola Indonesia U-19 mengakhiri puasa gelar 22 tahun timnas Indonesia dengan memenangkan kejuaraan AFF U-19 2013. Contoh lain adalah kebanggaan saat murid-murid bangsa mempertahankan tradisi memperoleh emas di Olimpiade Fisika Internasional selama 10 tahun berturut-turut. Belum lagi berbagai prestasi muda-mudi Indonesia yang sayangnya tidak terlalu diketahui seperti keberhasilan Fahma Waluya Rosmansyah, anak umur 15 tahun yang menjadi juara pertama lomba pembuatan software di Kuala Lumpur, Malaysia untuk kategori best secondary student project dalam ajang Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) International tahun 2010 yang lalu.

Berbagai prestasi sesama anak bangsa tersebut membuat penulis makin bersemangat untuk bisa bersama pemuda-pemudi Indonesia lainnya untuk bekerjasama membangkitkan potensi statis Indonesia menjadi sesuatu yang dinamis. Membangkitkan Indonesia agar bukan hanya menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara, tapi dapat juga menjadi produsen terbesar di Asia Tenggara. Menggerakkan Indonesia sehingga bukan hanya menjadi Negara dengan jumlah kelas menengah yang banyak, tapi juga memiliki jumlah kelas kreatif yang besar (http://bit.ly/RSL8Ae). Intinya bersatu dengan muda-mudi Indonesia lainnya untuk menjadikan Indonesia Hebat.


Iklan #INDONESIAHEBAT bisa dilihat di http://bit.ly/1ilGl3K

3 comments:

  1. hubungannya dengan Buku Indonesia di Tanganmu apa mas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thx mas. Aku belum baca buku "Indonesia di Tanganmu" jadi gak tahu juga ada hubungan apa gak

      Delete