June 08, 2010

Pepesan Kosong Politik Indonesia

Istilah pepesan kosong sering kali digunakan oleh orang saat membahas secara negatif sebuah pernyataan yang tidak didukung oleh tindakan nyata. Berkaitan dengan itu, di dunia komunikasi dikenal istilah Pesan Pokok yaitu pesan utama yang ingin kita sampaikan kepada pemangku kepentingan. Pesan Pokok ini selalu dikembangkan dari dan disertai dengan fakta-fakta yang ada. Bila sebuah Pesan Pokok disampaikan tanpa fakta maka Pesan Pokok tersebut akan kehilangan makna, karena akhirnya akan dianggap hanya sekedar pepesan kosong. Inilah yang terjadi saat ini dengan politik Indonesia, saat begitu banyak yang disampaikan atau diteriakkan tapi tanpa kenyataan di belakangnya.

Tentu kita merasa bangga saat Presiden Indonesia mengatakan bahwa beliau ingin menjadikan negara ini sebagai negara terdepan dalam mengurangi emisi CO2. Namun komitmen tersebut menjadi pepesan kosong saat perusahaan diijinkan untuk beroperasi di daerah hutan lindung. Banyak dari kita memaklumi penjelasan pemerintah bahwa subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) harus dikurangi karena memberatkan keuangan negara. Tapi ini menjadi pepesan kosong saat diketahui bahwa porsi Anggaran Belanja Aparatur lebih tinggi dari Anggaran Belanja Publik.


Contoh lain adalah saat dalam kampanye internal sebuah partai politik di-klaim dukungan mayoritas. Akan tetapi saat pemilihan, nyatanya klaim tersebut adalah pepesan kosong. Begitu juga saat dewan legislatif telah memilih sebuah opsi tapi kemudian tidak ditindaklanjuti, ini juga dapat disebut sebagai pepesan kosong.


Semakin banyak pepesan kosong dalam politik Indonesia maka makin rendah pula tingkat kepercayaan masyarakat biasa terhadap politik. Makin rendah karena masyarakat makin merasa ‘sering ditipu’ oleh pernyataan politikus yang tidak ada kenyataannya. Jadi walaupun nanti politikus menyatakan sesuatu yang bermakna maka masyarakat sudah terlebih dahulu apriori. Pada akhirnya semua pihak akan dirugikan dan perkembangan negara kita akan menjadi stagnan.

Di saat kepercayaan masyarakat terhadap politik berada dalam keadaan rendah seperti sekarang ini, politikus Indonesia seharusnya meningkatkan kepercayaan itu dengan perbuatan nyata. Ini yang kemudian menjadi fakta yang dapat mereka gunakan untuk menyusun dan menjadi bukti bagi Pesan Pokok mereka. Hampir semua orang dapat menyampaikan apa yang ingin didengar oleh orang lain tapi tidak banyak yang mampu menyampaikan kenyataan.

Sekarang ini hampir semua karakteristik penting dari Pesan Pokok telah dipenuhi oleh para politikus. Karakteristik itu antara lain adalah fokus kepada pemangku kepentingan tertentu, singkat, sederhana/mudah dipahami, mudah diingat, dan menarik perhatian. Kesemuanya itu sebenarnya tidak ada artinya bila tidak dimulai dengan fakta. Bagaikan sebuah bangunan yang indah tapi tanpa fondasi yang kuat maka saat gempa menerpa, bangunan itu akan rubuh begitu saja.

Selain mungkin dianggap berbohong, banyaknya pepesan kosong juga dapat membuat politikus diragukan kemampuannya dalam berpolitik. Kiasan lain yang juga bisa digunakan di sini adalah ‘tong kosong nyaring bunyinya’. Gemerlap kampanye modern pemilihan umum belakangan ini membuat banyak orang mengira bahwa supaya berhasil dalam dunia politik, sudah cukup dengan keahlian merangkai kata. Padahal diperlukan pengetahuan politik dan tata negara yang memadai supaya seorang politikus dapat membawa manfaat bagi masyarakat.

Seperti dalam film berjudul “Power” yang dibintangi oleh Richard Gere dan Denzel Washington. Di film itu sang konsultan kampanye politik digambarkan lebih memfokuskan bagaimana supaya calon, atau klien-nya, dapat terpilih. Walaupun dengan cara melakukan modifikasi pada ide-ide awal sang calon agar dapat memikat masyarakat. Di bagian awal sampai pertengahan film, sang konsultan seakan tidak mempedulikan kenyataan bahwa sang calon memiliki isu-isu berbobot yang ingin disampaikan. Bagi konsultan tersebut yang penting adalah masyarakat akan mendengar apa yang mereka ingin dengar, supaya mereka memilih calon tersebut. Di bagian akhir film, sang calon akhirnya mengungkapkan apa yang benar-benar ada dalam pikirannya kepada masyarakat. Sesuatu yang berdasarkan kenyataan dan masyarakat akhirnya menghargai kejujuran sang calon.

Perihal tentang kampanye dan pencitraan, penulis sudah menuangkannya dalam tulisan lain. Sedangkan untuk tulisan ini, hal yang ingin ditekankan adalah harus ditinggalkannya kebiasan buruk dalam politik Indonesia mengucapkan sesuatu yang tidak didasarkan pada fakta. Penggunaan Pesan Pokok dalam politik Indonesia harus lebih dari sekedar jargon belaka, akan tetapi sesuatu yang benar-benar bermakna dan nyata.

Dalam praktik komunikasi, tidak mudah membuat sebuah Pesan Pokok. Kita perlu benar-benar memahami banyak aspek. Seperti siapa pengguna Pesan Pokok itu? Apa tujuan komunikasi yang ingin dicapai? Kepada siapa kita ingin Pesan Pokok itu tersampaikan? Apa yang kita inginkan dari pemangku kepentingan yang mendengar dan/atau membaca Pesan Pokok kita? Bagaimana Pesan Pokok yang kita buat dapat menjadi unik dan menarik dibandingkan lainnya? Serta beberapa pertimbangan lainnya yang tidak kalah penting. Begitu pentingnya Pesan Pokok dalam dunia komunikasi, seringkali jumlah Pesan Pokok yang muncul di jalur komunikasi atau yang diulang oleh pihak ketiga menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah program komunikasi.

Bukan berarti kemudian pelajaran tentang penyusunan Pesan Pokok menjadi sesuatu yang harus diwajibkan bagi politikus kita. Hal yang penting adalah politikus Indonesia harus menyadari bahwa karena apa yang mereka akan ucapkan memiliki dampak besar dan luas, maka mereka harus bersikap lebih bertanggungjawab dalam mengutarakan pernyataan. With great power comes great responsibility dan salah satu tanggung jawab politikus adalah jangan asal berbicara agar tidak dikatakan pepesan kosong.

6 comments:

  1. Just finished reading ur article. Pas sekali dengan yg kita bicarakan tadi pagi. Soal ketidakpercayaan. Aku (dan aku rasa semua org) setuju dgn apa yg km omongin, kalau memang jangan ngomong doang. Like one of my fave quotation: “only say thing you really mean it”.

    Tapi pastinya sebagai politikus, atau pejabat pemerintah yg memang sudah dipercaya rakyat untuk memimpin, pastinya ga bs kalau cuma ngomong yg standar2 doang. Yang cuma apa adanya atau jalani aja lah. Aku ga akan mau pilih pemimpin yang bilang: saya ga berani janji Indonesia akan jadi maju di tangan saya. Lho?:))

    Dia hrs set a goal, hrs punya janji utk membawa rakyat ke arah lebih baik. Ada bedanya antara pepesan kosong ngomong doang, dengan berjanji, lalu berusaha tapi gagal. Kalau gagal, hrs berjiwa ksatria mengaku tidak mampu dan mengundurkan diri, bukan cari2 alasan apalagi nyalahin orang. Yang hrs dibasmi itu memang yg cuma ngomong doang janji2, demi cuma medapatakan posisi yg dia mau.

    Point is, aku setuju dengan analisa kamu. Tinggal sekarang pelan-pelan menunggu kamu tidak hanya mengamati dan menganalisa tapi juga memberikan/mengusulkan solusi (untuk masalah ini dan masalah2 lain). Bagaimana seharusnya pemerintah/politikus tetap boleh memberikan harapan ke rakyat, dilaksanakan/diperjuangkan, lalu (diharapkan) hasilnya tercapai.

    It might be a long journey, tapi kalau sudah ada segelintir orang yg percaya dan yakin sama kamu, means that you have something to fight for.
    Way to go, bold ;)

    -N-

    ReplyDelete
  2. Hehe thx Nan.

    Yes, setuju tentang harus set a goal. Serta harus berani mengaku bila gagal. Kelihatan dari situ apakah seseorang telah mempunyai rencana matang untuk memberikan sumbangsih positif bagi negara dan rakyat

    ReplyDelete
  3. Halo mas,
    Ulasan menarik tenang keadaan di masyarakat kita yang cenderung cepat melupakan, mudah memaafkan dan mudah dialihkan perhatian dari keadaan sesungguhnya yang pahit. Mungkin hal-hal ini yang menyebabkan penguasa2 kita dulu bisa bertahan lama dengan tangan besi: Soekarno lebih dari 20 tahun, Soeharto 32 tahun. Begitupun penguasa2 berikutnya.

    ReplyDelete
  4. Ya mungkin salah satunya mas. Tapi penguasaan menurut saya lebih erat hubungannya dengan penguasaan dan pengendalian struktur. Yang pasti kita tidak ingin ada tirani lagi di Indonesia

    ReplyDelete
  5. akar dari segala akar permasalah di indoesia menurut saya, generasi mudanya. khusus nya proses pembelajaran di sekolah dan di lingkunga keluarga..
    kalo kedua2nya udah benar maka pelaku politik tidak akan melakukan hal2 yagn keluar jalur

    ReplyDelete
  6. Kalau proses pembelajaran dan lingkungan keluarga bermasalah berarti generasi di atas juga ikut bertanggungjawab dong :)

    ReplyDelete